Rabu, 06 Agustus 2008

Topeng Monyet (Cerita-4)

“Dung...dung...dung.” Hari itu Babah Ong pemilik toko kelontong, mengundang topeng monyet menggelar pertunjukan. Suci dan anak-anak desa senang sekali. Mereka melihat moyet berakrobat, memainkan berbagai permainan.

“Si Moli pergi ke pasar!” teriak Pak Yadi pemilik topeng monyet. Monyet bercelana rumbai-rumbai itu segera mengambil payung dan tas kecil, lalu berjalan berkeliling. Anak-anak tertawa senang. “Si Moli merias diri,” teriak Pak Yadi. Kembali si monyet mengaca sambil duduk di kursi kecil.

Di sela kegembiraan anak-anak, Suci melihat si Moli Monyet sering mogok main karena kelelahan. Pak Yadi menyentak rantai yang diikat di tubuh monyet. Terpaksa Moli kembali beraksi. “Pak...pak, monyetnya kecapekan tuh!” teriak Suci.

Pak Yadi tak menggubris. Ia terus memerintah Moli. Padahal hewan itu terlihat makin lemas. “Dasar monyet tua! Ayo main terus...” perintah Pak Yadi.

Sampai suatu saat, tiba-tiba Moli roboh. “Heh, berdiri...!” teriak Pak Yadi. Tapi si monyet tidak bisa berdiri lagi.

Anak-anak mulai bubar, tak tega melihat Moli. “Bangun...! Kalo nggak saya buang kamu...” ancam Pak Yadi. Tetap, Moli tak mau berdiri.

Tiba-tiba Suci maju ke depan. “Pak, dari pada dibuang... Mmm, boleh nggak si Moli saya pelihara?” katanya memberanikan diri.

“Nih...ambil. Sudah lama saya mau ganti monyet tua ini dengan yang lebih muda,” kata Pak Yadi merapikan alat-alatnya untuk pergi.

Wajah Suci berbinar senang. Ia segera membopong Moli ke rumah, dan merawatnya dengan baik bersama Kakek Tulus. Rantai di tubuhnya ia buang, dan dengan sabar setiap hari Suci menyuapi hewan malang itu.

Suatu pagi. “Kakek, si Moli sudah bisa berdiri...!” teriak Suci. Kakek Tulus senang melihat perkembangan Moli. “Meong, saya Manis. Kamu siapa?” kata Manis di samping ranjang monyet. “Saya Moli...,” jawabnya.

Suci memperkenalkan Moli kepada hewan-hewan peternakan. Mereka bahagia karena Moli suka menghibur. Bahkan Gembul Kambing sering tertawa sampai terduduk melihat akrobat si Moli.

Suatu ketika, saat Moli beraksi di kandang hewan, Suci menghentikannya. “Moli...kamu sudah kembali lincah dan sehat. Saya tak menghalangi kamu kalo mau pergi meninggalkan peternakan,” kata Suci sedih.

“Yah...jangan dong,” kata Cici Kelinci.

“Kamu nggak boleh pergi. Tetap di sini,” protes Jago Ayam.

Melihat hewan-hewan ribut, Suci paham mereka tak rela melepas Moli monyet. “Kita tak bisa melarang. Semua terserah Moli,” katanya.

Sambil berbunyi, “Nguk nguk nguk...!” Moli menghampiri hewan lain dan memeluk mereka. “Ha, jadi kamu memilih tinggal di peternakan?” tanya Suci senang sambil mengelus kepala Moli. Hewan-hewan bersorak senang menyambut keluarga baru di peternakan.

Nasehat Kakek Tulus:

Anak-anakku, perlu bagi kita untuk selalu memperhatikan dan membantu orang lain yang dalam kesusahan serta membutuhkan pertolongan.

Karya Kakak bersama rekan-rekan KOKADO (Komunitas Kajian Dongeng) ini terangkum dalam buku ”Cerita dari Peternakan Kakek Tulus” yang diterbitkan oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)

Tidak ada komentar: