Rabu, 06 Agustus 2008

Maaf ya Manis...! (Cerita-3)

Hari itu awal sekolah setelah liburan. Suci berangkat sekolah, sesaat setelah Kakek Tulus pergi ke sawah. Belum jauh dari rumah, Suci menemukan anak burung menciap-ciap di atas tanah. “Ciap...ciap...ciap...!” teriak burung yang baru tumbuh bulu-bulunya itu.

“Hai burung cantik. Kamu pasti jatuh dari sarang,” kata Suci setelah menangkapnya. “Kamu mau kembali ke sarang? Di mana sarangmu?” ujar Suci sambil melihat ke pohon di sekelilingnya, mencari sarang induk burung. Tapi ia tidak menemukannya.

“Ya sudah. Kamu di rumahku dulu aja ya...! Sepulang sekolah, kita cari lagi sarangmu,” kata Suci. Sampai di rumah, “Meong meong...!” sambut Manis si Kucing dengan mengusap-usap kaki Suci.

“Manis, mainnya nanti. Saya tergesa-gesa nih...,” kata Suci.

Ia segera mencari kain dan merapikannya. “Nah burung, kamu istirahat di sini,” kata Suci menaruh burung kecil di atas tumpukan kain. “Manis...kamu jaga ya si burung kecil.”

“Meong meooong...,” jawab Manis.

“Pintar kucingku yang manis. Jaga baik-baik ya...!” kata Suci sambil berlari ke sekolah, khawatir terlambat.

Sepanjang pelajaran, Suci gelisah. Ani temannya sampai heran. “Suci...kenapa sih? Nggak biasanya kamu begini?” tanyanya.

“Eh, gini An...tadi pagi saya nemu burung kecil. Sebelum ke sekolah, saya titipkan pada si Manis kucingku,” kata Suci.

“Gimana sih kamu. Nanti kalo dimakan kucingmu gimana?” kata Ani.

“Ya itu yang saya cemaskan...?” jawab Suci gelisah.

“Teng...teng...teng...!” lonceng berbunyi tanda pulang sekolah. “Horeeee...! teriak anak-anak. Suci ditemani Ani segera berlari ke rumah. Terus berlari...dan berlari.

Sampai rumah Suci segera membuka pintu “Braaak...” Benar, si burung tidak ada di tempat! “Di mana burung kecilku? Manis di mana kamu? Maniiis...” teriaknya cemas. Dari atas jendela Manis melompat turun, dan dengan manja mengusap-usap kaki Suci.

Dengan kasar Suci memegang Manis. “Burungnya kamu makan ya? Ayo ngaku!”

“Meong meong...,” jawab Manis menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Kamu memakannya kan? cecar Suci mau menangis.

“Meong...meooong!” kata Manis tetap menggelengkan kepala sambil menarik tali sepatu.

“Sabar Suci. Lihat...kucingmu menarik-narik tali sepatumu, mungkin mengajak kita mengikutinya,” kata Ani.

Lalu Manis berjalan ke samping rumah. Suci dan Ani segera mengikutinya. Ternyata di samping rumah si burung kecil sedang disuapi seekor burung kutilang. “Oh burung kecil, kamu sudah ketemu indukmu ya?” kata Suci gembira. Dipandu kutilang, akhirnya anak burung itu bisa dikembalikan Suci ke sarangnya.

Suci menyesal telah menuduh Manis. “Maafkan Suci ya Manis. Kamu kucing yang paaaling bertanggung-jawab.”

“Meong...!” jawab Manis di pangkuan Suci, seolah tak terjadi apa-apa.

Nasehat Kakek Tulus:

Nah anak-anak, jagalah tugas yang telah diberikan dengan penuh tanggung-jawab agar kalian menjadi anak yang dipercaya.

Karya Kakak bersama rekan-rekan KOKADO (Komunitas Kajian Dongeng) ini terangkum dalam buku ”Cerita dari Peternakan Kakek Tulus” yang diterbitkan oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)

Tidak ada komentar: