Rabu, 06 Agustus 2008

Terjebak di Kandang (Cerita-1)

Hari yang cerah. Dari peternakan kecil di desa dekat kaki Gunung Wilis, Kakek Tulus ditemani Suci cucunya ke sawah dengan riang gembira. Di sekitar rumah, hewan-hewan peliharaannya tak kalah gembira. Mereka bermain, berlarian, juga menikmati hangatnya sinar matahari.

Tapi menjelang siang, awan hitam menutup langit dan angin bertiup kencang. “Moooh, mau turun hujan. Kembali ke kandang,” teriak Bocil Kerbau. Lalu...brees, hujan turun lebat. Untung, semua hewan sudah masuk kandang.

Hujan makin lebat. Angin kencang membuat jendela berderak. Karena takut, Cici Kelinci merapatkan tubuhnya kepada Boni si Ayam Betina yang sedang mengerami delapan telur. Cici makin ketakutan saat terdengar suara keras dari atas kandang.

“Selamatkan dirimu. Ada pohon mau rubuh!” teriak Lintar Merpati dari tempat tinggalnya di depan kandang.

Semua hewan berlari berhamburan keluar kandang. Tiba-tiba, kraaak...bruuuk! Ternyata dahan pohon tua yang melintang di atas kandang patah, dan menimpa kandang. Hewan-hewan bersyukur bisa selamat. Tapi nanti dulu, coba dengar...“Tolooong!”. Siapa ya yang minta tolong dari balik kandang roboh?

“Jago dan Boni Ayam terjebak di dalam,” teriak Bocil. “Mereka tak lari karena menjaga delapan telurnya. Teman-teman, cepat bantu mengeluarkan mereka.”

Hewan-hewan mulai menyingkirkan puing-puing bangunan. Bocil, Embek dan Gembul Kambing mengangkat puing yang besar-besar. Sedangkan Cici Kelinci dan Lintar Merpati memilih puing kecil. Manis si Kucing yang tiggal di rumah Kakek Tulus turut membantu.

Ternyata tak mudah. Sampai hujan reda, mereka terus berusaha menyelamatkan dua rekannya itu. “Jago, Boni...kamu nggak papa kan? Sabar ya...” kata Cici menghibur temannya dari sisi reruntuhan.

“Nggak papa teman. Delapan telur kami juga utuh,” jawab Boni.

Petang menjelang, dan mereka masih harus menyingkirkan dahan pohon. “Ayo tinggal sedikit. Mari kita tarik bersama-sama,” kata Bocil mengomandani teman-temannya. “Satu...dua...tigaaa...!” Sayang, dahan itu hanya tergeser sedikit karena berat. Untung saat itu Kakek Tulus dan Suci pulang dari sawah. Mereka segera membantu menyelamatkan ayam dengan memotong-motong dahan.

Akhirnya semua reruntuhan tersingkir. Kakek Tulus segera mengeluarkan Jago dan Boni. Sedangkan Suci mengambil telur-telurnya. Kakek Tulus gembira melihat hewan-hewan miliknya selamat. “Ayo semua ternak berkumpul. Kita ke rumah!”

Bulan bintang bersinar terang di langit. Malam itu hewan peternakan beristirahat di samping rumah berselimut jerami. Jago dan Boni juga sudah sehat kembali setelah di beri biji-bijian oleh Kakek Tulus. “Terimakasih teman-teman. Karena kamu, aku bisa mengerami telur-telurku kembali,” kata Boni. Tapi sepertinya ucapan induk ayam itu tidak didengar, karena semua sudah tertidur lelap kecapekan.

Nasehat Kakek Tulus:
Nah anak-anak, segala kesulitan yang terjadi dapat dilalui dan diatasi dengan mudah jika kita mau bahu-membahu dan saling tolong menolong, serta tidak membeda-bedakan satu sama lainnya.

Karya Kakak bersama rekan-rekan KOKADO (Komunitas Kajian Dongeng) ini terangkum dalam buku ”Cerita dari Peternakan Kakek Tulus” yang diterbitkan oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)

Tidak ada komentar: