Rabu, 06 Agustus 2008

Kembali Terbang (Cerita-8)

Pagi itu udara terasa segar. Kupu-kupu bersayap indah bermain di bunga melati dan kemuning yang mekar di depan rumah Kakek Tulus. Saat itu semua mata hewan peternakan tertuju pada Lintar si Merpati yang keluar dari rumah. Ya, akibat pertarungan dengan elang, Lintar terluka. Sayapnya patah dan harus diperban.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Bocil Kerbau saat diajak Kakek Tulus menarik pedati ke sawah, untuk melihat padi yang akan dipanen besok.

"Oh, sudah agak baikan," kata Lintar.

"Lintar, sayapmu sakit? Boleh nggak saya bantu membersihkannya? tanya Cimot.

"Terimakasih kelinci cantik. Lukanya sudah dibersihkan dan diobati oleh Suci kok," kata Lintar tersenyum.

Sejak itu merpati malang itu tidak bisa terbang. Setiap hari ia diajak Boni Ayam berjalan-jalan agar tetap segar. Terkadang Lintar meringis sakit, saat si ayam kecil yang lucu-lucu melompat gendong, mengajak bermain.

Setelah beberapa hari, perban di sayap Lintar dilepas. "Syukur kalau sudah sembuh," kata Moli Monyet senang. Tapi nanti dulu. Merpati itu mencoba terbang, tapi tidak bisa. Dicoba lagi, dan lagi...tetap tak bisa!

Teman-teman Lintar sesama merpati merasa kasihan. Mereka yakin Lintar tak bisa terbang lagi! "Sudahlah Lintar...terima saja kalau kamu sekarang berjalan di darat," nasehat merpati pos.

"Iya, sabar ya," timpal merpati lain.

"Terimakasih perhatiannya. Saya harus bisa terbang, harus...! Karena saya burung!" kata Lintar optimis. Setiap hari, Lintar berusaha terbang. Kadang ia melompat terbang dari atas punggung Bocil, batu, pagar, juga jendela. Hasilnya? Tetap gagal. Bahkan bulu-bulunya rontok, dan tubuhnya kotor oleh keringat serta debu.

Melihat perjuangan Lintar, akhirnya hewan lain juga mendorongnya. Walau dalam hati mereka tak yakin ia bisa terbang kembali.

Kini Kakek Tulus juga membantu Lintar belajar terbang. Ia pegang si merpati, lalu dilempar ke udara. Awalnya rendah, lalu tinggi, dan semakin tinggi. "Ayo jagoanku. Kamu bisa terbang," teriak Suci.

"Terbang! Terbang! Terbang...!" teriak penghuni peternakan bersama-sama memberi semangat.

Ajaib. Teriakan itu membuat Lintar mulai bisa terbang. "Hoi, saya bisa terbang lagiii," kata Lintar. Tapi, bruuuus...grosak. Ia menabrak semak. Kakek Tulus mengambil dan bertanya, "Lintar, kamu siap kalau saya lempar setinggi-tingginya...!

"Ku kur, ku kuuur! Saya siap...!" kata Lintar yakin.

Semua hewan berhitung, "Satu dua tiga...lempaaar!."

Lintar dilempar tinggi ke udara. Ia mengepak-ngepak sayap, agak goyah. Semua hewan tegang. Dan...Lintar benar-benar melesat terbang!

"Horeeee...!" teriak hewan-hewan gembira. Beberapa hewan sampai menitikkan air mata, terharu. Sebagian berlompatan sambil berpelukan. Semua bersyukur, Lintar bisa terbang lagi.

Nasehat Kakek Tulus:

Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Jangan takut terhadap kegagalan. Dan hanya dengan kegigihan serta semangat yang pantang menyerah, kita akan mampu bangkit untuk dapat meraih cita-cita kita.

Karya Kakak bersama rekan di KOKADO (Komunitas Kajian Dongeng) ini terangkum dalam buku ”Cerita dari Peternakan Kakek Tulus” yang diterbitkan oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)

1 komentar:

Talisa Noor mengatakan...

Wah, ceritanya KEREN!
Saya salut sama KPK atas idenya menerbitkan buku cerita yang bisa mengajarkan nilai moral pada anak-anak dan kak Ucon & KOKADO atas ide ceritanya. Kalian hebat :D

Omong2, saya menulis sedikit tentang Cerita dari Kakek Tulus ini di blog saya. Kalau sempat, mampir ke blog saya ya!