Rabu, 06 Agustus 2008

Semua Kesiangan (Cerita-6)

Sinar matahari mulai memanasi peternakan kecil Kakek Tulus. Hari beranjak siang. Kicau burung di pepohonan sudah tak terdengar. Tapi, kenapa di peternakan tetap tenang. Di mana hewan-hewan?

Tiba-tiba... “Kukuruyuk! Kukuruyuuuk! Bangun teman-teman! Kita kesiangan...ayo banguuun!” teriak Jago si ayam jantan memecah keheningan.

Terjadi keributan di kandang. “Oooah, kok matahari sudah panas. Wah...rumput di kebun nggak segar lagi. Gembul, bangun!” kata Embik Kambing.

“Aduh, saya terlambat mencari vitamin untuk telur-telurku,” gerutu Boni si ayam betina turun dari sarangnya.

“Yah...pasti saya ditinggal Kakek Tulus. Hari ini seharusnya saya mulai membajak sawah...!,” keluh Bocil si kerbau cilik.

“Kenapa kita kesiangan? Jago...kenapa kamu terlambat membangunkan kita?” cecar Moli si monyet tua. Hewan-hewan lain juga ikut menyalahkan Jago, termasuk Boni istrinya.

Jago diam. Ia meringkuk di pojok kandang. Matanya memerah, tanda masih mengantuk. “Pak Jago sakit ya?,” kata Cici Kelinci melompat-lompat mendekati Jago.

“Tidak. Maaf teman-teman...semalam saya tidur larut malam, sehingga bangun kesiangan. Saya nggak ngira kalo semua juga jadi kesiangan,” kata Jago menyesal.

“Kok bisa tidur kemalaman?” tanya Bocil.

“Nggg...anu, ngg...,” jawab Jago ragu-ragu.

“Oh saya tahu! Semalam waktu buang air, saya melihat Jago menari di samping kandang,” kata Gembul.

“Haai...Pak Jago belajar menari,” teriak Cici melompat-lompat tertawa. Jago mukanya merah, merasa malu diketahui teman-teman.

“Benar begitu Jago?” tanya Boni tak percaya.

“Jago, kamu menari?” desak Bocil.

“Be-benar. Diam-diam saya belajar tari dari Moli. Tapi karena sudah tua, saya malu mempraktekkannya siang hari. Saat teman-teman tidur, baru saya latihan,” jelas Jago.

“Wah...kenapa harus malu? Kalau belajar, nggak perlu malu. Dari pada kemalaman dan merugikan teman-teman yang lain...hayooo,” kata Moli sambil bergelayutan pada tali di atas Jago.

“Maafkan ya teman-teman. Saya janji nggak kesiangan lagi...,” kata Jago. Semua hewan di peternakan memaafkan Jago. Mereka juga senang, karena Jago belajar menari. Sehingga peternakan semakin ceria.

Hari itu Jago juga mendapat pelajaran berharga. Sesibuk apapun, ia tak akan terlambat menjalankan tugasnya...membangunkan keluarganya di peternakan. Karena bila terlambat lagi? “Hih, jangan sampai deh. Peternakan bisa ribut lagi...dan saya bakalan mendapat omelan teman-teman,” kata Jago.

Nasehat Kakek Tulus:

Salah satu kedisiplinan diri adalah kita bangun tepat waktu, sehingga kita dapat memanfaatkan waktu kita dengan sebaik-baiknya.

Karya Kakak bersama rekan-rekan KOKADO (Komunitas Kajian Dongeng) ini terangkum dalam buku ”Cerita dari Peternakan Kakek Tulus” yang diterbitkan oleh
KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)

Tidak ada komentar: