Rabu, 06 Agustus 2008

Bahaya dari Langit (Cerita-7)

Pagi itu sangat istimewa! Ada tujuh keluarga baru di peternakan. Ya, telur-telur yang dierami Boni si ayam betina semua menetas. “Piyek...piyek...piyek,” seru ayam-ayam kecil yang lucu minta dipeluk induknya. Karena berjumlah banyak, Boni sering kewalahan. Untung Jago si ayam jantan selalu mendampinginya.

“Ayo, anak-anak berbaris ya. Saya mau mengenalkan kamu pada hewan lain,” kata Boni.

“Selamat ya Bon. Anakmu sehat-sehat,” kata Moli Monyet yang lincah sambil melompat-lompat gembira.

“Terimakasih,” jawab si induk ayam sambil memimpin anak-anaknya berkeliling kandang.

“Mooo...kita punya keluarga baruuu,” Bocil Kerbau melenguh keras memberitau hewan-hewan lain.

“Halo adik-adik baruku. Idih, kamu semua menggemaskan,” seru Cici Kelinci membelai ayam-ayam kecil itu satu persatu. Wajah Jago terlihat kelelahan, tapi ia sangat bahagia.

“Nah, kamu sudah kenal semua hewan kan?” tanya Boni pada anak-anaknya.

“Piyek, piyek...piyek,” jawab mereka serentak.

“Sekarang, kita keluar kandang untuk berjemur. Sinar matahari di pagi hari sangat menyehatkan,” kata Boni menggiring mereka keluar.

Ayam-ayam kecil itu kegirangan. Mereka berlari ke sana-ke mari.

“Kukur kukuuur...,” sambut Lintar Merpati dari atas tempat tinggalnya turut senang.

“Kluk kluk kluk...! Anak-anak, lihat nih...ibu dapat cacing,” panggil Boni. Segera sebagian anak ayam berebut cacing itu, yang lain tetap asyik bermain.

Tiba-tiba di langit berkelebat bayangan hitam. Apa itu?

“Mbeek! Mbeeek! Bahaya, ada burung elang! Anak-anak ayam, berlinduuung...!,” teriak Gembul Kambing.

“Petok petok!,” kata Boni memanggil. Ayam-ayam kecil itu berteriak-teriak kebingungan. Sebagian langsung berlindung di bawah sayap induknya, ada yang sembunyi di samping batu besar, tapi ada juga yang tak tau apa yang harus dilakukan.

Terlambat. Elang besar itu menukik, menyambar salah satu anak ayam dan dibawa terbang. Tapi dari sisi kanan, seekor burung menabrak si elang. “Lihat...! Lintar berusaha menyelamatkan ayam kecil,” teriak Jago.

Karena diganggu, si elang mencakar Lintar. Sehingga pegangan pada ayam kecil lepas, dan jatuh ke bawah. Induk ayam segera menyelamatkan anaknya.

Tak mau melepas mangsanya, elang kembali berusaha menyambar anak ayam. Malang. Di bawah, Gembul dan Jago ternyata sudah siap menyambut. Dan segera mereka mengeroyok si elang. “Kaaaak...!” teriak elang kesakitan terbang menjauh. “Ia pasti jera kembali ke peternakan,” pikir Manis si Kucing yang bersembunyi di depan rumah.

Di depan peternakan semua hewan bersorak kemenangan. Tapi, di mana si pahlawan Lintar? “Teman-teman, Lintar terluka!,” teriak Cici dari bawah pagar. “Manis...tolong panggil Suci ya!”

Tak lama, Suci datang bersama Manis. Burung merpati itu dibawa Suci ke dalam rumah untuk dirawatnya.

Nasehat Kakek Tulus:

Keberanian untuk selalu membela kebenaran adalah cermin dari jiwa kesatria, dan merupakan sikap yang patut dicontoh.

Karya Kakak bersama rekan-rekan KOKADO (Komunitas Kajian Dongeng) ini terangkum dalam buku ”Cerita dari Peternakan Kakek Tulus” yang diterbitkan oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)

Tidak ada komentar: